Bahan Aktif Untuk Kutu Kebul
Bahan Aktif Untuk Kutu Kebul |
Bahan Aktif Untuk Kutu Kebul - Kutu Kebul, atau yang dikenal juga sebagai silverleaf whitefly, merupakan ancaman serius bagi tanaman dalam dunia pertanian.
Serangan yang sering diincar oleh kutu daun ada pada kategori tanaman : buah tomat, buah timun, buah paprika, buah labu, biji-bijian, buah semangka, buah terong , dan buah kubis.
Keberadaannya yang suka bersembunyi berkelompok di bagian bawah daun menciptakan tantangan tersendiri bagi para petani.
Mengenal Kutu Kebul
Sebelum kita membahas insektisida kutu kebul paling ampuh, penting untuk memahami karakteristiknya. Kutu kebul memiliki ciri khas berupa warna putih keperakan, dan ukurannya yang kecil membuatnya sulit terdeteksi.
Serangga ini bukan hanya menghisap nutrisi dari tanaman, tetapi juga dapat menyebabkan penyebaran penyakit pada tanaman yang diserang.
Tanaman Sasaran Kutu Kebul
Beberapa tanaman lebih rentan terhadap serangan kutu kebul dari pada yang lain. Seperti buah tomat, buah mentimun, buah paprika, buah labu, biji-bijian, semangka, buah terong, dan buah kubis seringkali menjadi target utama.
Oleh karena itu, pemahaman mengenai tanaman-tanaman ini akan membantu Anda mengidentifikasi potensi risiko serangan kutu kebul.
10 Bahan Aktif Untuk Kutu Kebul Yang Banyak di Pasaran
1. Siantraniliprol
Jenis bahan aktif yang terkandung pada insektisida yang dipakai untuk menanggulangi hama kutu kebul. Bahan aktif ini merupakan salah satu yang paling efektif dan dapat diaplikasikan dengan menyemprotkannya langsung pada tanaman.
Bahan aktif yang mengandung siantraniliprol pada insektisida sangat banyak merk yang tersebar, dan kutu kebul yang menyerang dan menginfeksi tanaman cabai atau tomat dapat dibasmi dengan jenis bahan aktif ini .
2. Dinotefuran
Dinotefuran adalah jenis bahan aktif yang sangat efektif dalam pestisida dan dipercaya mampu mengendalikan kutu kebul. Keunggulan dari bahan aktif ini adalah kemampuannya untuk masuk ke dalam jaringan tanaman secara sistemik, memberikan perlindungan maksimal terhadap berbagai jenis hama.
Dinotefuran yang terkandung pada insektisida merupakan jenis racun yang melalui kontak dan lambung. Selain itu bahan aktif Dinotefuran dapat di aplikasikan langsung pada tanaman seperti cabai dan tomat sering kali ditemukan di banyak merek pestisida.
3. Tiametoksam
Insektisida sistemik yang memiliki efek racun kontak dan racun lambung adalah dengan bahan aktif tiametoksam. Digunakan sebagai bahan aktif yang mengendalikan serangan kutu kebul pada tanaman.
Jenis tanaman tersebut ; padi, kedelai, tomat, cabe, kacang panjang, mangga, dan kacang hijau.
Cara kerja setelah aplikasi maka sistem saraf penerima nictonic acetylcholinei akan terganggu. Sehingga hama serangga akan menjadi kehilangan nafsu makan, bergerak, terbang, bahkan kematian.
4. Buprofezin
Buprofezin termasuk dalam golongan insektisida yang dapat mengendalikan pertumbuhan telur, nimfa, wereng dewasa, dan kutu kebul pada tanaman kedelai.
Produk insektisida yang mengandung buprofezin dianggap aman dan tidak menyebabkan kekebalan pada serangga, serta tidak meningkatkan kemampuan mereka untuk berkembang biak. Buprofezin sangat handal dalam kondisi curah hujan tinggi.
5. Imidakloprid
Imidakloprid efektif sebagai racun kontak dan lambung. Insektisida ini mampu membunuh berbagai jenis hama, termasuk wereng dan kutu kebul.
Bahan aktif imidakloprid dapat diaplikasikan pada tanaman seperti cabai, kedelai, tomat, kentang, melon, semangka, dan tembakau. Imidakloprid bekerja secara sistemik dengan mengganggu sistem kerja saraf pusat hama serangga.
6. Nitenpiram
Nitenpiram termasuk dalam kelas kimia neonicotinoid, yang merupakan kelompok insektisida yang mempengaruhi sistem saraf hama serangga dengan menargetkan reseptor nikotin.
Neonicotinoid, termasuk nitenpiram, bekerja dengan cara mengikat reseptor nikotin di sistem saraf hama, menyebabkan gangguan pada transmisi sinyal saraf dan akhirnya menyebabkan kematian hama tersebut.
7. Profenofos
Profenofos adalah sejenis insektisida yang termasuk dalam kelas organophosphate. Jenis semua hama pada tanaman dapat dikendalikan dengan menggunakan bahan aktif ini.
Organophosphate seperti profenofos bekerja dengan cara menghambat enzim yang disebut asetilkolinesterase pada sistem saraf hama serangga.
Dengan menghambat enzim ini, organophosphate mengakibatkan penumpukan asetilkolin di dalam sistem saraf hama, yang pada akhirnya mengganggu transmisi sinyal saraf dan menyebabkan paralisis serta kematian hama tersebut.
Profenofos dapat digunakan untuk mengatasi kutu, ulat, wereng, dan serangga lainnya yang dapat merugikan tanaman.
8. Pimetrozin
Pimetrozin adalah insektisida yang termasuk dalam kelas kimia pyridine. Bahan aktif pimetrozin bekerja dengan cara menghambat perkembangan serangga, khususnya wereng dan kutu daun. Pimetrozin memiliki mekanisme kerja yang berbeda dari kelompok insektisida lainnya.
Ia bekerja sebagai agonis neonicotinoid, yang berarti ia menstimulasi reseptor nikotin di sistem saraf serangga. Dengan merangsang reseptor nikotin, pimetrozin menghasilkan kegagalan pada transmisi impuls saraf, mengakibatkan efek neurotoksik pada hama target. Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan akhirnya kematian serangga yang terkena.
9. Diafentiuron
Ini merupakan jenis bahan aktif insektisida dipakai untuk membasmi hama pada tanaman. Bahan ini termasuk dalam kelas kimia pyrazole. Diafentiuron bekerja dengan cara menghambat pembentukan kitin pada serangga.
Kitin adalah komponen utama dalam eksoskeleton serangga yang mendukung dan melindungi tubuh mereka. Dengan menghambat pembentukan kitin, diafentiuron mengganggu pertumbuhan dan perkembangan normal serangga.
Hal ini dapat menghentikan molting (ganti kulit) dan menghambat pertumbuhan serangga, akhirnya menyebabkan kematian mereka. Penggunaan diafentiuron umumnya diarahkan untuk mengatasi hama seperti kutu daun, ulat, dan serangga lainnya pada berbagai jenis tanaman pertanian.
10. Klorpirifos
Merupakan bahan aktif insektisida organofosfat yang dapat mengendalikan bermacam hama pada tanaman. Klorpirifos bekerja dengan cara menghambat enzim asetilkolinesterase dalam sistem saraf hama serangga.
Enzim ini diperlukan untuk menghancurkan neurotransmitter asetilkolin setelah sinyal saraf diteruskan, sehingga penghambatannya mengakibatkan penumpukan asetilkolin dan gangguan dalam transmisi impuls saraf.
Efek ini menyebabkan kegagalan pada sistem saraf hama, yang dapat mengakibatkan paralisis dan kematian. Klorpirifos telah digunakan secara luas untuk mengendalikan hama seperti kutu, ulat, wereng, dan serangga lainnya pada berbagai jenis tanaman.
Perlu dicatat bahwa penggunaan klorpirifos telah menjadi bahan perdebatan karena potensi dampak negatifnya pada kesehatan manusia dan lingkungan. Beberapa negara dan yurisdiksi telah melarang atau mengatur penggunaan klorpirifos, dan kebijakan terkait dapat berubah seiring waktu.
Posting Komentar